Perkembangan Hindhu-Budha di Indonesia
A. Proses Masuknya Agama Hindu-Budha di Indonesia
Proses
masuknya agama Hindu dan Budha di Indonesia salah satunya dibawa
dari
hubungan dagang antara India dengan Indonesia. Dalam hubungan dagang itu,
terjadi
pergaulan di antara para pedagang. Pergaulan tersebut berlangsung cukup
lama.
Dalam pergaulan tersebut, terjadi saling tukar pikiran di antara mereka.
Kepada
bangsa kita, orang-orang India bercerita tentang agamanya, yaitu agama
Hindu dan
Buddha sehingga agama Hindu dan Buddha dikenal bangsa Indonesia.
Akibat
hubungan dagang tersebut, akhirnya pengaruh agama Hindu-Buddha masuk
ke
Indonesia.
Proses masuk dan berkembangnya pengaruh Hindu di Indonesia
disebut penghinduan atau Hinduisasi. Berikut merupakan teori-teori masuknya
kebudayaan Hindu ke Indonesia :
(1) Teori Brahmana, mengatakan bahwa yang membawa agama Hindu ke Indonesia
adalah orang-orang Hindu berkasta brahmana. Para brahmana yang datang ke
Indonesia merupakan tamu undangan dari raja-raja penganut agama tradisonal di
Indonesia. Ketika tiba di Indonesia, para brahmana ini akhirnya ikut
menyebarkan agama Hindu di Indonesia. Ilmuan yang mengusung teori ini
adalah Van Leur.
(2) Teori Waisya, mengatakan bahwa yang telah berhasil mendatangkan Hindu ke Indonesia adalah kasta waisya, terutama para pedagang. Para pedagang banyak memiliki relasi yang kuat dengan para raja yang terdapat di kerajaan Nusantara. Agar bisnis mereka di Indonesia lancar, mereka sebagai pedagang asing tentunya harus membuat para penguasa pribumi senang, dengan cara dihadiahi barang-barang dagangan.
Dengan demikian, para
pedagang asing ini mendapat perlindungan dari raja setempat. Di tengah-tengah
kegiatan perdagangan itulah, para pedagang tersebut menyebarkan budaya dan
agama Hindu ke tengah-tengah masyarakat Indonesia. Ilmuwan yang mencetuskan
teori ini adalah N.J. Krom.
(3) Teori Ksatria, mengatakan bahwa proses kedatangan agama Hindu ke Indonesia dilangsungkan oleh para ksatria, yakni golongan bangsawan dan prajurit perang. Menurut teori ini, kedatangan para ksatria ke Indonesia disebabkan oleh persoalan politik yang terus berlangsung di India sehingga mengakibatkan beberapa pihak yang kalah dalam peperangan tersebut terdesak, dan para ksatria yang kalah akhirnya mencari tempat lain sebagai pelarian, salah satunya ke wilayah Indonesia. Ilmuan yang mengusung teori ini adalah C.C. Berg dan Mookerji.
(4) Teori Sudra,Teori ini mengatakan bahwa kebudayaan Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh para kaum sudra,dalam hal ini adalah kaum-kaum terbawah. Tokoh yang mengemukakan pendapat tersebut adalah Von Van Faber. Von Van Faber ini menyatakan bahwa penyebaran agama hindu ke Indonesia dibawa oleh orang-orang India yang berkasta sudra. Alasannya karena mereka dianggap sebagai orang-orang buangan dan hanya hidup sebagai budak sehingga mereka datang ke Indonesia dengan tujuan untuk mengubah kehidupannya.
(5) Teori Arus Balik,Teori ini mengatakan bahwa agama Hindu yang masuk ke Indonesia dibawa oleh para pelajar (orang Indonesia) yang belajar atau mendalami agama Hindu di India kemudian setelah mereka menempuh pendidikan. Lalu mereka pulang dan mengajarkan (menyebarluaskan) ajaran Hindu kepada penduduk setempat.
Teori ini di kemukakan oleh F.D.K Bosch. Ia mengemukakan peranan bangsa Indonesia sendiri dalam
penyebaran dan pengembangan agama hindu. Penyebaran budaya India di
Indonesia dilakukan oleh kaum terdidik. Akibat interaksinya dengan para
pedagang India, di Indonesia terbentuk masyarakat Hindu terdidik yang di kenal
dengan sangha. Mereka giat mempelajari bahasa Sanskerta, kitab suci, sastra,
dan budaya tulis. Mereka kemudian memperdalam agama dan kebudayaan Hindu di
India. Sekembalinya ke Indonesia mereka mengembangkan agama dan kebudayaan
tersebut. Hal ini bisa diliat dari peninggalan dan budaya yang memiliki corak
keindonesiaan.
C.
Masuknya
Kebudayaan Budha ke Indonesia
Informasi paling tua tentang keberadaan Buddhisme di Indonesia
yang pada waktu itu belum begitu meluas juga didapat dari pengelana China
bernama Fa Hsien (+/-337 – 422 M), yang sekembalinya dari Ceylon (Sri Lanka) ke
China pada tahun 414 Masehi terpaksa mendarat di negeri yang bernama Ye-Po-Ti
karena kapalnya rusak. Sekarang tidak terlalu jelas apakah Ye-Po-Ti itu Jawa
atau Sumatera. Ia menemukan banyak orang-orang yang beragama Hindu dan sebagian
masih animisme. Namun demikian, sepertinya kondisi mulai berubah sesudah abad
kelima kerena penyebaran agama Budha yang dilakukan Fa Hsien.
D. Pengaruh kebudayaan India
(Hindu-Budha) di Indonesia
Terhadap system kepercayaan
Pada saat kebudayaan agama Hindu-Buddha masuk ke nusantara ,
masyarakat masih menganut sistemkepercayaan asli dari nenekmoyang mereka ,
yaitu kepercayaan animisme dan dinamisme. Akibat adanya proses akulturasi,
agama Hindu dan Buddha lalu diterima penduduk asli nusantara.
Dibandingkan agama Hindu, agam Buddha lebih mudah diterima
oleh masyarakat kebanyakan sehingga dapat berkembang pesat dan menyebar ke
berbagai wilayah di kepulauan Indonesia . Salah satu sebabnya adalah agama
Buddha tidak mengenal sistem kasta.
Agama hindu budha sendiri masuk ke wilayah indonesia di bawa
oleh para pedagang india yang mengadakan kontak perdagangan ke Nusantara muali
tahun 500 masehi.Ada juga teori teori masuknya hindu budha ke indonesia selain
teori Waisya.
Tidak membedakan manusia menganggap Seluruh umat manusia itu
sama derajatnya di hadapan Tuhan yang maha esa. Menurut agama Buddha, setiap
manusia dapat mencapai nirwana asalkan baik budi pekertinya dan berjasa
terhadap masyarakat luas.
Bahasa
Wujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari
adanya penggunaan bahasa Sansekerta yang dapat temukan sampai sekarang dimana
bahasa Sansekerta memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia. Dan
istilah-istilah penting yang menggunakan bahasa Sanskerta.
Organisasi sosial kemasyarakatan
Wujud
akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat dilihat dalam
organisasi politik yaitu sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia
setelah masuknya pengaruh India. Pemerintahan Raja di Indonesia ada yang
bersifat mutlak dan turun-temurun seperti di India dan ada juga yang menerapkan
prinsip musyawarah. Prinsip musyawarah diterapkan terutama apabila raja tidak
mempunyai putra mahkota yaitu seperti yang terjadi di kerajaan Majapahit, pada
waktu pengangkatan Wikramawardana.
Bidang Sosial
Dalam bidang sosial terjadi perubahan-perubahan dalam tata
kehidupan sosial masyarakat. Perubahan itu terjadi sebagai akibat
diperkenalkannya sistem kasta dalam masyarakat. Kasta-kasta itu diantaranya
kasta brahmana, kasta ksatria, kasta waisya kasta sudra.
Sistem pengetahuan
Wujud
akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu
berdasarkan kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Menurut
perhitungan satu tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka
dengan tahun masehi adalah 78 tahun sebagai contoh misalnya tahun saka 654,
maka tahun masehinya 654 + 78 = 732 M.
Teknologi
Salah satu wujud akulturasi dari teknologi terlihat dalam seni bangunan Candi.
Seni bangunan Candi tersebut memang mengandung unsur budaya India tetapi
keberadaan candi-candi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di
India, karena candi di Indonesia hanya mengambil unsur teknologi pembuatannya
melalui dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab Silpasastra yaitu
sebuah kitab pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk melaksanakan pembuatan
arca dan bangunan. Contoh candi Borobudur salah satu dari 7 keajaiban dunia dan
merupakan salah satu peninggalan kerajaan Mataram. Itu membuktikan masyarakat
telah memiliki pengetahuan dan teknologi yang tinggi.
.
Kesenian
Kesenian
Wujud akulturasi dalam bidang kesenian terlihat dari seni
rupa, seni sastra, seni bangunan dan seni pertunjukan.
Unsur seni rupa India telah masuk ke Indonesia dibuktikan
dengan ditemukannya relief-relief cerita sang Budha pada candi Borobudur,
cerita Ramayana pada candi Prambanan. Dan sekarang relief-relief tersebut
dijadikan hiasan pada bangunan, seperti yang terdapat pada pustaka wilayah yang
terdapat di provinsi Riau.
2. Seni sastra
Bahasa sanskerta yang berasal dari India tersebut membawa pengaruh besar terhadap perkembangan sastra di Indonesia, seperti prasasti yang ditulis dengan huruf pallawa dan sanskerta. Tidak hanya itu kitab-kitab yang dibuat pada zaman tersebut juga memiliki nilai sastra yang tinggi.
3. Seni bangunan
Yang menjadi bukti berkembanngnya budaya India di Indonesia
adalah bangunan candi. Dasar bangunan candi merupakan hasil pembangunan bangsa
Indonesia pada zaman megalitikum yang berupa punden berundak-undak
kemudian mendapat pengaruh dari kebudayaan India sehingga menjadi wujud sebuah
candi.
4. Seni Pertunjukkan
Wayang Seni pertunjukan wayang merupakan salah satu kebudayaan
asli Indonesia dan pertunjukan wayang tersebut sangat digemari terutama oleh
masyarakat Jawa. Wujud akulturasi dalam pertunjukan wayang tersebut terlihat
dari pengambilan lakon cerita dari kisah Ramayana maupun Mahabarata yang
berasal dari budaya India.
Bidang Seni Tari dan Musik
Seni tari telah ada
di Indonesia sejak masa prasejarah. Ketika itu tarian dilakukan sebagai
persembahan kepada roh nenekmoyang dalam upacara-upacara, seperti pada acara
panen. Jadi, bertari merupakan kegiatan keagamaan yang suci dan ritual. Musik
sebagai pengiring para penari berasal dari irama ritmis dari alat-alat perkusi
atau tetabuhan yang dipukul-pukul tanpa iringan alat bernada, kecuali suara
tenggorokan.
Ketika pengaruh
Hindu-Buddha masuk, seni tari masih dipentaskan dalam rangka keagamaan,
perkawinan, pengangkatan raja, dan lain-lain. Alat-alat bernada mulai dipakai,
seperti alat tiup, alat petik, alat gesek. Persembahan tarian dan musik di
kalangan raja dan bangsawan makin berkembang seiring perkenalan masyarakat
Indonesia dengan bangsa-bangsa lain. Hingga sekarang pengaruh seni musik India
di Indonesia masih dapat dinikmati, misalnya musik dangdut.
Pemerintahan
Sebelum
kedatangan bangsa India, bangsa Indonesia telah mengenal sistem
pemerintahan
tetapi masih secara sederhana yaitu semacam pemerintahan di suatu
desa atau
daerah tertentu dimana rakyat mengangkat seorang pemimpin atau kepala
suku.
Orang yang dipilih sebagai pemimpin biasanya adalah orang yang senior, arif,
berwibawa,
dapat membimbing serta memiliki kelebihan tertentu , termasuk dalam
bidang
ekonomi maupun dalam hal kekuatan gaib atau kesaktian.
Setelah
masuk pengaruh India menyebabkan munculnya sistem pemerintahan
yang
berbentuk kerajaan, yang diperintah oleh seorang raja secara turun-temurun.
Peran raja
di Indonesia berbeda dengan di India dimana raja memerintah dengan
kekuasaan mutlak untuk
menentukan segalanya.
Keadaan Ekonomi Masyarakat Indonesia
Keadaan
ekonomi masyarakat berkaitan dengan mata pencaharian
masyarakatnya.
Mata pencaharian pada zaman itu umumnya adalah pertanian . Selain
bertani,
terdapat pula kelompok masyarakat yang bekerja dalam berbagai bidang,
seperti
peternak, pemburu, penangkap ikan, pengrajin, pekerja seni, pedagang,
pelaut, dan pekerja-pekerja
lainnya.
Akibat
adanya pengaruh berlayar dan berdagang di Indonesia, menyebabkan
Indonesia terhubung
dengan masyarakat internasional dari berbagai belahan
negara,
misalnya saja cina, Persia, India, Arab, Mesir, Turki dan Eropa. Kegiatan
berlayar
dan berdagang di Indonesia, menumbuhkan beberapa bandar-bandar pelabuhan di
beberapa daerah di Indonesia misalnya di Kerajaan Sriwijaya dan
Majapahit.
Bandar
merupakan tempat berlabuh kapal-kapal atau persinggahan kapalkapal
dagang.
Bandar juga merupakan pusat perdagangan, bahkan juga digunakan
sebagai
tempat tinggal para pengusaha dan perkapalan. Sebagai negara kepulauan
yang
terletak pada jalur perdagangan internasional, Indonesia memiliki banyak
bandar.
Ada beberapa barang yang di produksi, konsumsi, dan distrubusi oleh
pedagang
Indonesia dan Luar negeri di beberapa kota di nusantara, misalnya kain
sutera,
keramik, perhiasan, gading, beras,
rempah-rempah, kayu manis, emas,
bidang-bidang pertanian dan
peternakan.
Perkembangan
Islam di Indonesia
A. Awal Masuknya Islam di Indonesia
Ketika Islam datang di Indonesia, berbagai agama dan kepercayaan seperti animisme, dinamisme, Hindu dan Budha, sudah banyak dianut oleh bangsa Indonesia bahkan dibeberapa wilayah kepulauan Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu dan Budha. Misalnya kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, kerajaan Taruma Negara di Jawa Barat, kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan sebagainya. Namun Islam datang ke wilayah-wilayah tersebut dapat diterima dengan baik, karena Islam datang dengan membawa prinsip-prinsip perdamaian, persamaan antara manusia (tidak ada kasta), menghilangkan perbudakan dan yang paling penting juga adalah masuk kedalam Islam sangat mudah hanya dengan membaca dua kalimah syahadat dan tidak ada paksaan.
Tentang kapan Islam datang masuk ke Indonesia, menurut kesimpulan seminar “ masuknya Islam di Indonesia” pada tanggal 17 s.d 20 Maret 1963 di Medan, Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriyah atau pada abad ke tujuh masehi. Menurut sumber lain menyebutkan bahwa Islam sudah mulai ekspedisinya ke Nusantara pada masa Khulafaur Rasyidin (masa pemerintahan Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib), disebarkan langsung dari Madinah.
Adapun cara masuknya Islam di Indonesia melalui beberapa cara
antara lain ;
1. Perdagangan
Jalur ini dimungkinkan karena orang-orang melayu telah lama menjalin kontak dagang dengan orang Arab. Apalagi setelah berdirinya kerajaan Islam seperti kerajaan Islam Malaka dan kerajaan Samudra Pasai di Aceh, maka makin ramailah para ulama dan pedagang Arab datang ke Nusantara (Indonesia). Disamping mencari keuntungan duniawi juga mereka mencari keuntungan rohani yaitu dengan menyiarkan Islam. Artinya mereka berdagang sambil menyiarkan agama Islam.
2. Kultural
Artinya penyebaran Islam di Indonesia juga menggunakan media-media kebudayaan, sebagaimana yang dilakukan oleh para wali sanga di pulau jawa. Misalnya Sunan Kali Jaga dengan pengembangan kesenian wayang. Ia mengembangkan wayang kulit, mengisi wayang yang bertema Hindu dengan ajaran Islam. Sunan Muria dengan pengembangan gamelannya. Kedua kesenian tersebut masih digunakan dan digemari masyarakat Indonesia khususnya jawa sampai sekarang. Sedang Sunan Giri menciptakan banyak sekali mainan anak-anak, seperti jalungan, jamuran, ilir-ilir dan cublak suweng dan lain-lain.
3. Pendidikan
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang paling strategis dalam pengembangan Islam di Indonesia. Para da’i dan muballig yang menyebarkan Islam diseluruh pelosok Nusantara adalah keluaran pesantren tersebut. Datuk Ribandang yang mengislamkan kerajaan Gowa-Tallo dan Kalimantan Timur adalah keluaran pesantren Sunan Giri. Santri-santri Sunan Giri menyebar ke pulau-pulau seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga ke Nusa Tenggara. Dan sampai sekarang pesantren terbukti sangat strategis dalam memerankan kendali penyebaran Islam di seluruh Indonesia.
4. Kekuasaan politik
Artinya penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang kuat dari para Sultan. Di pulau Jawa, misalnya keSultanan Demak, merupakan pusat dakwah dan menjadi pelindung perkembangan Islam. Begitu juga raja-raja lainnya di seluruh Nusantara. Raja Gowa-Tallo di Sulawesi selatan melakukan hal yang sama sebagaimana yang dilakukan oleh Demak di Jawa. Dan para Sultan di seluruh Nusantara melakukan komunikasi, bahu membahu dan tolong menolong dalam melindungi dakwah Islam di Nusantara. Keadaan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya negara nasional Indonesia dimasa mendatang.
B. Peranan umat Islam di Indonesia
1. Perdagangan
Jalur ini dimungkinkan karena orang-orang melayu telah lama menjalin kontak dagang dengan orang Arab. Apalagi setelah berdirinya kerajaan Islam seperti kerajaan Islam Malaka dan kerajaan Samudra Pasai di Aceh, maka makin ramailah para ulama dan pedagang Arab datang ke Nusantara (Indonesia). Disamping mencari keuntungan duniawi juga mereka mencari keuntungan rohani yaitu dengan menyiarkan Islam. Artinya mereka berdagang sambil menyiarkan agama Islam.
2. Kultural
Artinya penyebaran Islam di Indonesia juga menggunakan media-media kebudayaan, sebagaimana yang dilakukan oleh para wali sanga di pulau jawa. Misalnya Sunan Kali Jaga dengan pengembangan kesenian wayang. Ia mengembangkan wayang kulit, mengisi wayang yang bertema Hindu dengan ajaran Islam. Sunan Muria dengan pengembangan gamelannya. Kedua kesenian tersebut masih digunakan dan digemari masyarakat Indonesia khususnya jawa sampai sekarang. Sedang Sunan Giri menciptakan banyak sekali mainan anak-anak, seperti jalungan, jamuran, ilir-ilir dan cublak suweng dan lain-lain.
3. Pendidikan
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang paling strategis dalam pengembangan Islam di Indonesia. Para da’i dan muballig yang menyebarkan Islam diseluruh pelosok Nusantara adalah keluaran pesantren tersebut. Datuk Ribandang yang mengislamkan kerajaan Gowa-Tallo dan Kalimantan Timur adalah keluaran pesantren Sunan Giri. Santri-santri Sunan Giri menyebar ke pulau-pulau seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga ke Nusa Tenggara. Dan sampai sekarang pesantren terbukti sangat strategis dalam memerankan kendali penyebaran Islam di seluruh Indonesia.
4. Kekuasaan politik
Artinya penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang kuat dari para Sultan. Di pulau Jawa, misalnya keSultanan Demak, merupakan pusat dakwah dan menjadi pelindung perkembangan Islam. Begitu juga raja-raja lainnya di seluruh Nusantara. Raja Gowa-Tallo di Sulawesi selatan melakukan hal yang sama sebagaimana yang dilakukan oleh Demak di Jawa. Dan para Sultan di seluruh Nusantara melakukan komunikasi, bahu membahu dan tolong menolong dalam melindungi dakwah Islam di Nusantara. Keadaan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya negara nasional Indonesia dimasa mendatang.
B. Peranan umat Islam di Indonesia
1. Masa Penjajahan
Pada masa penjajahan, baik oleh Portugis maupun
Belanda, terjadi beberapa peperangan yang melibatkan umat Muslim, di antaranya
:
a. Perlawanan Kerajaan Demak terhadap Portugis yang
dipimpin Pangeran Adipati Unus pada tahun 1512 dan 1513 M.
b. Perang Paderi (1821-1837 M) yang dipimpin oleh
Tuanku Imam Bonjol melawan Belanda.
c. Perang Aceh (1873-1912 M) melawan Belanda di
antaranya dipimpin oleh Tuanku Umar dan Cut Nyak Dien.
d. Perang Diponegoro antara Belanda dan Pangeran
Diponegoro (1825-1830 M).
e. Perlawanan rakyat Maluku terhadap Portugis
dipimpin oleh Sultan Hairun.
2. Masa Perang
Kemerdekaan
a. Syarikat Islam (SI)
Tahun 1911 di Solo, lahir organisasi baru yang
diberi nama Syarikat Dagang Islam (SI) didirikan oleh Haji Omar Said Tjokro
Aminoto (perubahan dari SDI). Tahun 1920-an tokoh komunis Samaun, Alimin, dan
Darsono berhasil menyusup ke dalam SI.
Tahun 1916 M diubah namanya menjadi PSI oleh H.
Agus Salim dan Abdul Muis. Tahun 1925 M PSI pecah menjadi dua, yaitu PSI kanan
pimpinan H. Omar Said Tjokroaminoto dan PSI kiri pimpinan Samaun berideologis
komunis dan marxis.
b. Jami'atul Khair
Organisasi ini didirikan tahun 1905 M di Jakarta
oleh keturunan Sayyid (Arab). Misinya ialah berperan dalam pembaharuan dan
pemurnian agama Islam di beberapa tempat di Indonesia. Tahun 1903 M, Jami'atul
Khair mendirikan Sekolah Dasar. Organisasi ini bergerak di bidang pendidikan
dengan mengirim pemuda ke Turki untuk belajar di sana.
c. Muhammadiyah
Organisasi ini didirikan di Yogyakarta tanggal 18 November 1912 M. Pendirinya ialah K.H. Ahmad Dahlan (Muhammad Darwis). Tujuan organisasi ini tidak untuk mendirikan partai politik namun pada sekitar pemurnian ajaran agama Islam, antara lain dalam penyimpangan akidah, ibadah makhdah, pembersihan dan pemurnian diri dari pengaruh bid'ah, khurafat, tahayul, dan amalan-amalan lain yang mengandung sinkretisme, sehingga dapat kembali kepada Al-Qur'an dan hadis. Organisasi ini tidak mengharuskan para pengikutnya mengikuti aliran empat imam mazhab dalam Islam. Mereka juga menolak bertaklid dan mendorong untuk berijtihad.
Organisasi ini didirikan di Yogyakarta tanggal 18 November 1912 M. Pendirinya ialah K.H. Ahmad Dahlan (Muhammad Darwis). Tujuan organisasi ini tidak untuk mendirikan partai politik namun pada sekitar pemurnian ajaran agama Islam, antara lain dalam penyimpangan akidah, ibadah makhdah, pembersihan dan pemurnian diri dari pengaruh bid'ah, khurafat, tahayul, dan amalan-amalan lain yang mengandung sinkretisme, sehingga dapat kembali kepada Al-Qur'an dan hadis. Organisasi ini tidak mengharuskan para pengikutnya mengikuti aliran empat imam mazhab dalam Islam. Mereka juga menolak bertaklid dan mendorong untuk berijtihad.
d. Perserikatan Ulama
Organisasi ini didirikan tahun 1911 M oleh Abdul
Halim yang menitik beratkan adanya modernisasi Islam di Indonesia. Organisasi
ini didirikan di Majalengka, Jawa Barat. Kegiatan yang dilakukannya menekan
kepada bidang pendidikan dan sosial kemasyarakatan.
e. Al-Irsyad dan Partai Arab Indonesia
Organisasi ini didirikan tahun 1914 M oleh Syeh
Ahmad Sorkati (Sudan). Organisasi ini menitik beratkan kepada pendidikan,
persamaan umat manusia, keberadaan umat Islam di Indonesia masa kini dan masa
mendatang.
f. Sumatera Tawalib
Ketika Perang Dunia I sedang berkecamuk, para
jamaah haji Indonesia tidak pulang ke negaranya karena perang, namun mereka
berdomisili di Mekah dan menuntut ilmu. Setelah mereka pulang ke Indonesia,
kemudian mendirikan organisasi Sumatera Tawalib.
Organisasi ini menekankan kepada usaha memajukan
ilmu pengetahuan dan pekerjaan yang berguna bagi kesejahteraan dan kemajuan
dunia dan akhirat menurut syariat Islam. Gerakan ini dipelopori oleh Dr. H.
Karim Amrullah, Dr. H. Abdullah Ahmad, Syekh Muhammad Jamil, dan H. Muhammad Talib
Umar. Pada tahun 1928 M organisasi ini berubah menjadi partai politik (Permi).
g. Persatuan Islam (Persis)
Organisasi ini didirikan tahun 1920 M oleh
sekelompok pedagang di Bandung. Tahun 1924 M organisasi ini dipimpin oleh Ahmad
Hassan. Misi organisasi ini adalah pemurnian pengalaman syariat Islam,
peningkatan kesadaran beragama, pemupukan semangat berijtihad melalui dakwah,
pembentukan kader melalui madrasah dan sekolah, serta pemberantasan
kemaksiatan.
h. Nahdlatul Ulama (NU)
Organisasi ini lahir pada tanggal 31 Januari 1926 M
di kota Surabaya, Jawa Timur. Paham yang dianutnya adalah Ahlu Sunnah Waljamaah. Organisasi ini didirikan
oleh KH. Hasyim Asy'ari, KH. Wahid Hasyim, KH. Abdullah Wahad Hasbullah, KH.
Bisri Syamsuri, KH. Mas Alwi, dan KH. Ridwan.
i. Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI)
Organisasi ini lahir di Surabaya, disebut juga
dengan organisasi Islam atau Majelis Islam Luhur. Para pendiri organisasi ini
terdiri dari berbagai macam organisasi di antaranya ialah : KH. Mas Mansyur
dari Muhammadiyah, KH. M. Dahlan dari NU, KH. Abdul Wahab Chasbullah dari NU,
dan W. Wondoamiseno dari SI. Tujuan yang akan dicapainya adalah mensinergikan
potensi umat Islam di Indonesia yang selama ini hanya sibuk membedakan antara
satu organisasi Islam dengan Islam lainnya yang bersifat furuiyah semata, sehingga akan merugikan
perjuangan umat Islam secara universal.
3. Masa Pembangunan
a. Bidang Politik
·
Sebelum Kemerdekaan (1908-1945). Pada tahun
1908-1945, umat Islam telah menyumbangkan aspirasi politiknya, melalui wadah
organisasi, misalnya Syarikat Islam, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, MIAI, PII,
Persis, dan lain sebagainya.
·
Masa Demokrasi Parlementer. Pada masa ini peranan
umat Islam sangat penting dalam memperjuangkan aspirasinya melalui partai
politik yang ada di parlemen.
·
Masa Transisi (1957-1966). Pada masa ini umat Islam
dihadapkan kepada masa transisi, dari Demokrasi Parlementer kepada Demokrasi
Terpimpin. Peranannya adalah memberikan dukungan demi tercapainya Indonesia
yang aman dan damai, khususnya di daerah-daerah yang dilanda perang.
·
Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1966). Pada masa ini
pertentangan di parlemen semakin hangat, kaitannya dengan perumusan UUD dan
lain sebagainya, termasuk di dalamnya adalah masalah nasib Partai Islam,
penyusupan PKI ke dalam tubuh NU, gerakan G.30 S/PKI, dan lain sebagainya.
Peranan umat Islam adalah memperjuangkannya melalui parlemen dan memberantas
gerakan komunis di seluruh Indonesia khususnya Jawa.
·
Masa Orde Baru (1966-1999). Pada masa ini keadaan
tidak banyak mengalami perubahan baik pada tubuh partai, keamanan, gaya
kepemimpinan, dan lain sebagainya. Peran umat Islam pada masa ini sebenarnya
sudah banyak dilakukan, hanya saja selalu mengalami kegagalan, disebabkan
selalu berhadapan dengan kediktaktoran seorang pemimpin.
·
Masa Reformasi (1999-204). Peranan umat Islam pada
pariode ini adalah dengan memperjuangkan masib bangsa melalui DPR khususnya,
partai-partai politik, lembaga pendidikan, LSM, hukum, dan lain sebagainya.
b. Bidang organisasi massa
Peranan umat Islam dalam masa pembangunan, selain
masuk ke dalam bidang politik, juga berjuang melalui wadah organisasi baik NU,
Muhammadiyah, Persis, dan Organisasi Islam lainnya. Dalam pembangunan mental,
umat Islam telah banyak mendirikan lembaga-lembaga pendidikan umum dan agama,
pondok pesantren, pendirian media massa cetak dan elektronik, tempat-tempat
ibadah, dan lain sebagainya.
Perkembangan IPTEK di Indonesia
Ilmu pengetahuan dan teknologi modern mulai
berkembang di Indonesia sejak masa kolonial Belanda pada kurun abad ke-19
hingga awal abad ke-20. Perkembangan iptek ini ditandai dengan berdirinya
perusahaan swasta asing, misi keagamaan, dan pendidikan Barat.Teknologi modern
Barat diperkenalkan pertama-tama melalui pabrik gula, kemudian menyebar ke
sektor lainnya antara lain, galangan kapal, pertambangan batu bara, timah, gas,
dan minyak bumi. Perkembangan ilmu pengetahuan Barat ke dalam masyarakat
Indonesia tersebar melalui pembukaan sekolah-sekolah Barat bagi penduduk
Bumiputera sejak pertengahan abad ke-19.
Dalam perkembangan ipteknya, Indonesia memang masih
tertinggal jauh dibandingkan dengan negara-negara Eropa, Amerika Serikat, dan
bahkan sesama negara Asia sendiri. Hal ini pada dasarnya tidak dapat dilepaskan
oleh faktor-faktor sebagai berikut :
- Terbatasnya
jumlah orang Indonesia yang mendapat pendidikan Barat
- Terbatasnya
jumlah orang Indonesia yang terlibat secara langsung dalam pengembangan
iptek yang dikembangkan Barat
- Tidak
adanya keinginan, baik dari penguasa kolonial maupun perusahaan swasta
asing dalam melakukan alih teknologi bagi penduduk pribumi
- Tidak
terjadinya industrialisasi
- Tidak
terjadinya inovasi teknologi yang berarti dalam masyarakat Indonesia
sendiri
LIPI mempunyai
beberapa lembaga sebagai realisasi dari fungsi pembinaan tenaga-tenaga
penelitian yang ditujukan untuk mengembangkan potensi iptek di Indonesia,
antara lain :
- Lembaga
Biologi Nasional (LBN)
- Lembaga
Geologi dan Pertambangan Nasional
(LGPN)
- Lembaga
Oseanologi Nasional (LON)
- Lembaga
Fisika Nasional (LFN)
- Lembaga
Instrumentasi Nasional (LIN)
- Lembaga
Metalurgi Nasional (LMN)
- Lembaga
Elektronika Nasional (LEN)
- Lembaga
Kimia Nasional (LKN)
- Lembaga
Ekonomi dan Kemasyarakatan Nasional (Leknas)
- Lembaga
Riset Kebudayaan Nasional (LKRN)
A.
Perkembangan Teknologi Komunikasi, Informasi,
dan Transportasi
1. Teknologi Komunikasi
Dunia
telekomunikasi Indonesia mengalami perubahan yang penting sejak akhir tahun
1960-an. Jaringan gelombang mikro lintas Sumatra diselesaikan pada tahun 1975
dan jaringan gelombang mikro Indonesia Timur dapat diselesaikan pada tahun
1978.
Pada
saat yang sama, muncul gagasan tentang perlunya penggunaan jaringan
telekomunikasi melalui satelit, terutama untuk kepentingan hubungan dengan luar
negeri. Sebagai realisasinya, Indonesia sepakat menjalin kerja sama dengan
perusahaan telekomunikasi internasional ITT yang kemudian mendirikan PT.
Indonesian Satellite (Indosat) pada tahun 1967.
Untuk
mengatasi berbagai kendala yang muncul, pada tanggal 15 Februari 1975,
Indonesia akhirnya menandatangani pengadaan dua satelit, yaitu satu stasiun
pengendali utama dan 40 stasiun bumi. Sebagai langkah penunjang, pemerintah
Indonesia mulai membangun sumber daya manusia dan fisik sejak tahun 1974.
Langkah
selanjutnya adalah dibangunnya pusat pengendalian satelit di Cibinong, Jawa
Barat, yang diikuti oleh pembangunan beberapa stasiun bumi lainnya.
Para
pakar teknologi komunikasi Indonesia dibantu oleh tenaga ahli dari luar negeri,
bekerja sama mengoprasikan teknologi komunikasi modern yang kemudian diberi
nama Sistem Komunikasi Satelit Domestik (SKSD) Palapa.Pada tanggal 8 Juli 1976,
Satelit Palapa generasi pertama diluncurkan dari Cape Caneveral Florida, AS.
Setelah berhasil mengorbit, satelit Palapa mulai berfungsi sebagai media
komunikasi yang dapat menjangkau sebagian besar wilayah Indonesia dan beberapa
negara sekitarnya pada tanggal 16 Agustus 1976. Pada waktu itu, Indonesia
tercatat sebagai negara ke-4 yang memiliki sistem komunikasi satelit domestik
setelah Kanada, Uni Soviet, dan Amerika Serikat.
Penggunaan
SKSD Palapa (sejak 1976) digunakan untuk melayani telepon, telegram dan
teketeks, serta siaran televisi. Disamping itu, perkembangan teknologi komputer
yang dipadukan sebagai media komunikasi dan informasi melalui jaringan internet
makin memperluas penggunaan satelit dalam pengembangan sistem komunikasi dan
informasi.
Berbagai
langkah yang diambil pemerintah untuk memperlancar penyebaran dan meningkatkan
arus informasi, misalnya :
-
Membangun stasiun pemancar radio
-
Membangun stasiun pemancar maupun
stasiun relay televise
-
Memberikan fasilitas penerbitan
media massa cetak maupun elektronik
-
Merencanakan program “Koran
Masuk Desa”
Namun
sampai akhir tahun 1990-an, perkembangan pesat teknologi komunikasi ternyata
belum menyentuh lapisan masyarakat secara menyeluruh. Kurang optimalnya program
pengembangan iptek dan tidak meratanya pembangunan sosial ekonomi menjadi
faktor kendala belum meratanya pemanfaatan teknologi komunikasi tersebut.
2.
Teknologi
Informasi
Setelah Johan Guttenberg menemukan teknologi
cetak-mencetak pada abad ke-15, perkembangan media cetak terus dikembangkan
dari masa ke masa sebagai sarana untuk menyampaikan informasi melalui pers. Di Indonesia,
perkembangan pers sudah dimulai sejak masa kolonial yang kemudian dilanjutkan
pada masa kemerdekaan.
Perkembangan
teknologi pada akhir tahun 1980-an dan awal tahun 1990-an juga berpengaruh
besar pada kecepatan, efisiensi, mutu berita, maupun tampilan media cetak itu
sendiri. Kemajuan telekomunikasi dan media informasi sangat memudahkan media
cetak untuk mendapatkan atau saling tukar menukar berita secara cepat melalui
media internet.
Pada
akhir tahun 1990-an, media cetak mulai memanfaatkan perkembangan teknologi
pencetakan jarak jauh. Teknologi ini bertujuan sebagai upaya untuk mengurangi
konsumen.
Media elektronik seperti radio dan televisi
merupakan dua sarana yang memiliki peran penting dalam perkembangan teknologi
informasi di Indonesia. Dalam perkembangannya, orang-orang Indonesia pun
kemudian tidak mau ketinggalan dari Belanda untuk mendirikan stasiun radio.
Mekipun demikian, jumlah orang pribumi yang memiliki radio masih terbatas.
Siaran televisi di Indonesia sendiri dimulai pada
tanggal 24 Agustus 1962 dengan diresmikannya stasiun televisi milik pemerintah,
yaitu Televisi Republik Indonesia (TVRI). Siaran TVRI pada waktu itu
jangkauannya masih terbatas, yaitu hanya meliputi kawasan Jakarta dan
sekitarnya denga kualitas gambar yang bisa dikatakan masih buruk. Selain itu,
jumlah pemilik televisi pada saat itu masih terbatas sekali.
Setelah
diluncurkannya SKSD Palapa pada tahun 1976, siaran televisi mulai mengalami
perkembangan penting. Pada saat yang bersamaan, pemilik televisi pun mengalami
peningkatan.
Perkembangan stasiun televisi swasta pertama di
Indonesia diawali dengan mengudaranya Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI)
pada tanggal 24 Agustus 1989. Setelah mengudaranya RCTI tersebut, maka menyusul
kemudian munculnya industri televisi swasta lainnya, antara lain Surya Citra
Televisi (SCTV) pada tahun 1990, Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) pada tahun
1991, Andalas Televisi (ANTV) pada tahun 1993, Indosiar tahun 1995, Metro TV
tahun 2000, Trans TV tahun 2001, dan TV One pada tahun 2008.
Setelah Orde Reformasi, kemunculan industri televisi
swasta semakin tidak terbendung sebagai dampak dari kebebasan pers yang melanda
Indonesia sejak reformasi tahun 1998. Bukan hanya stasiun televisi swasta yang
dapat mengudara secara nasional, namun di banyak daerah mulai bermunculan
stasiun televisi swasta lokal, terutaman setelah memasuki tahun 2000.
a)
Transportasi Darat
Penemuan
mobil oleh Gottlieb Daimler pada tahun 1887 merupakan temuan teknologi
transportasi darat yang telah mengubah sejarah transportasi dunia. Di Indonesia
sendiri, mobil masuk pasa awal abad ke-20 dan hanya dimiliki oleh orang-orang
kaya Eropa dan terbatas di kalangan orang pribumi seperti, Bupati.
Faktor pendukung berkembangnya penggunaan kendaraan
bermotor di Indonesia adalah :
- Perkembangan
industri otomotif Eropa dan Amerika Serikat pada tahun 1960-an.
- Berkembangnya
teknologi otomotif Jepang pada tahun 1970-an.
- Perluasan
dan perbaikan jalan raya, juga dibangun jalan bebas hambatan (jalan tol),
jalan layang, pembangunan sistem rel ganda, pembangunan jembatan
Transportasi
darat meliputi : jalan raya, kereta api, sungai, danau, penyebrangan atau feri.
Pembinaannya dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.
Sebagai negara maritim, perkembangan transportasi
air di Indonesia sangat beragam pada perkembangan teknologi. Sektor transortasi
laut di Indonesia sampai pertengahan tahun 1960-an masih sangat tergantung pada
kegiatan pelayaran warisan masa kolonial. Meskipun demikian, industri pelayaran
tetap memiliki peran penting, misalnya sebagai sarana transportasi ibadah haji,
sebelum akhirnya digantikan oleh transportasi udara pada tahun 1980-an.
Walaupun, sebagian besar kapal dan teknologi industri Indonesia diimpor dari luar, tetapi usaha
pengembangannya juga dilakukan di dalam negeri yaitu PT PAL Surabaya.
Pembinaanya dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut
Transportasi laut dibedakan menjadi :
-
Pelayaran
lokal,
menghubungkan dua tempat yang berdekatan.
-
Pelayaran
perintis,
melayani angkutan di daerah terpencil
-
Pelayaran
nusantara,
dilakukan antarpulau dan antardaerah di Indonesia
-
Pelayaran
samudra,
menghubungkan Indonesia dengan dunia Internasional
Setelah kemerdekaan, makin terbuka kesempatan bagi
bangsa Indonesia untuk mewujudkan impiannya membuat pesawat terbang sendiri.
Kesadaran bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan tentu memerlukan adanya
sarana transportasi udara untuk kelancaran pemerintahan, pembangunan ekonomi,
dan pertahanan keamanan.
Perkembangan transportasi penerbangan ditentukan
oleh faktor-faktor berikut :
- Meningkatnya
jumlah penumpang maupun barang sejak tahun 1970-an
- Bertambahnya
jumlah bandar udara dan kemampuan operasional
- Pembangunan
lapangan terbang perintis di beberapa provinsi
Keberadaan
bandar udara internasional dalam negeri Jakarta masih terpisah di Halim Perdana
Kusumah dan Kemayoran. Sejak awal tahun 1980-an disatukan di Bandar Udara Soekarno-Hatta
di Cengkareng. Disusul kemudian pembukaan beberapa bandara di daerah untuk
penerbangan internasional.
Garuda Indonesia adalah perusahhan penerbangan
nasional pertama yang mulai melayani penerbangan pada tanggal 26 Januari 1949
dengan menggunakan pesawat DC3 yang dibeli masyarakat Aceh dengan nama Seulawah.
Seiring tumbuhnya perekonomian Indonesia pada tahun 1970-an, maka mulai
berkembang perusahaan penerbangan milik pemerintah dan swasta lainnya.
Faktor yang menyebabkan berkembangnya perusahaan
penerbangan adalah :
- Kondisi
geografis Indonesia
- Perkembangan
bisnis antar kota
- Jalan
darat belum memadai
Sebagai
upaya mengembangkan teknologi dan industri penerbangan, atas prakarsa B. J.
Habibie, didirikanlah Industri Pesawat Terbang Nurtanio pada tanggal 28 April
1976 di Bandung. Dalam perkembangannya, perusahaan ini kemudian berganti nama
menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara.
Melalui
kerja sama dengan beberapa penerbangan besar internasional, terutama dengan
Cassa (Spanyol), IPTN berhasil merakit dan memproduksi berbagai jenis pesawat
dan helikopter, salah satunya CN-235.
Pada
tahun 1995, IPTN memproduksi pesawat N-250 dan berhasil mengangkasa untuk
pertama kalinya. Namun, perkembangan industri penerbangan Indonesia mengalami
kemunduran pesat setelah anggaran IPTN dinyatakan defisit.
Pada
tanggal 24 Agustus 2000, IPTN direstrukturisasi dan kemudian berganti nama
menjadi PT Dirgantara Indonesia (DI). PT DI tidak hanya memproduksi berbagai
pesawat, tetapi juga senjata dan jasa pemeliharaan (maintenance service)
untuk mesin-mesin pesawat.
B. Dampak
Perkembangan Iptek bagi Kehidupan Masyarakat Indonesia
Dampak
Positif
- Memberikan
berbagai kemudahan, terutama yang berhubungan dengan kegiatan
perindustrian dan telekomunikasi
- Mempermudah
meluasnya berbagai informasi, karena informasi merupakan hal yang sangat
penting, sehingga tanpa informasi, orang tersebut akan tertinggal
- Bertambahnya
pengetahuan dan wawasan, hal tersebut penting karena dalam hidup,
pengetahuan selalu berkembang
Dampak Negatif
- Mempengaruhi
pola berpikir
- Hilangnya budaya tradisional, itu bisa terjadi karena pengguna teknologi lebih menyukai budaya luar sehingga melupakan budaya tradisional
- Banyak menimbulkan berbagai kerusakan, karena mengetahui teknologi untuk memanfaatkan SDA sehingga masyarakat mengeksplorasi alam dengan sewenang-wenang
Daftar
Pustaka
Zulkifli, dkk. (2009). Konsep Dasar IPS. Pekanbaru:
Cendikia Insan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar